Rabu, 21 April 2010

analisis kalimat dalam lagu anak, TA prof. Kis

ANALISIS KALIMAT DALAM LAGU ANAK-ANAK



A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Lagu anak-anak saat ini makin jarang diperdengarkan bahkan lagu anak-anak yang baru pun dapat dikatakan cukup langka. Anak-anak kini lebih banyak menyanyikan lagu orang dewasa. Mereka lebih hafal lagu-lagu Ungu, Geisha, Vierra, dan nama-nama band remaja saat ini yang sedang popular daripada lagu semisal Potong Bebek Angsa, Balonku, Lihat Kebunku, dan lagu-lagu semacamnya.
Fenomena seperti ini seolah sudah biasa serta terkadang orangtua merasa hal tersebut wajar dan itu merupakan dampak perkembangan zaman. Bahkan, tidak sedikit orangtua yang merasa bangga karena anaknya yang masih balita pandai menyanyi meski yang dinyanyikannya lagu orang dewasa. Krisis identitas anak tidak begitu ditanggapi dan jarang diangkat dalam forum ilmiah. Persoalan hilangnya lagu anak sempat dibahas di program Bukan Rahasia yang tayang di tvOne tiap Jum'at pkl 23.00-24.00 wib. Yang tampil waktu itu Tasya, Kak Seto, dan Ira Maya Sopha. Tentu aja didampingi oleh Caroline Surachmat dan pengamat musik Remy Soetansyah. Namun demikian acara-acara seperti ini tidak begitu banyak diadakan dan sepi peminat. Hal ini bisa dilihat dari jam tayangnya. Di jam-jam tersebut barangkali sudah tidak banyak pemirsa TV yang masih bisa menyaksikannya.
Menghilangnya lagu anak-anak yang saat ini tergeser oleh perkembangan zaman sudah sepantasnya lebih sering ditelaah, diteliti, ataupun dikaji agar tidak semakin asing dan benar-benar ‘hilang’. Di era 90-an barangkali kita masih bisa mendengarkan lagu-lagunya Bondan Prakoso, Eza Yayang, Cikita Meidy, Joshua, Enno Lerian, Sherina dan terakhir Tasya. Akan tetapi, setelah era itu jarang terdengar lagu anak-anak.
Berdasarkan hal-hal di atas makalah ini akan menganalisis kalimat dalam lagu-lagu anak. Dengan harapan dapat diperoleh temuan tentang seluk beluk kalimat dalam lagu-lagu anak. Selain itu juga diharapkan agar lagu-lagu anak dapat didokumentasikan, dikaji, ataupun ditelaah dari segi unsur bahasanya.

2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimanakah analisis kalimat dalam lagu-lagu anak; yang mencakup analisis-analisis : (a). unsur konstituennya; (b) struktur kalimatnya; dan (c) tipe kalimatnya.

3. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Mendeskripsikan unsur-unsur konstituen dalam kalimat pada lagu-lagu anak.
b. Mendeskripsikan struktur kalimat pada lagu-lagu anak.
c. Mendeskripsikan tipe kalimat pada lagu-lagu anak.

4. Batasan Masalah
Analisis makalah ini dibatasi pada 5 lagu anak, yakni Aku Seorang Kapiten, Balonku, Bangun Tidur, Bintang Kecil, dan Si Kancil Nakal.


5. Manfaat Penelitian
Manfaat kajian makalah/penelitian ini secara umum adalah untuk memperoleh gambaran mengenai analisis kalimat dalam lagu-lagu anak dan kajian ini juga bermanfaat untuk terapan maupun sumber kajian dalam kajian analisis kalimat.

B. Kajian Pustaka
1. Kajian Makalah/ Artikel
Kajian-kajian mengenai lagu-lagu anak maupun analisis kalimat sudah pernah ada sebelumnya. Penelitian mengenai lagu anak ataupun tembang anak pernah dilakukan oleh Gatiningsih dan Khoirul Huda. Penelitian yang dilakukan oleh Gatiningsih (Etd. Ums.ac.id) diberinya judul Diksi dan Gaya Bahasa dalam Lagu-lagu Anak karya A.T Mahmud.
Penelitian ini mengangkat masalah mengenai bagaimana penggunaan diksi dan gaya bahasa dalam lirik lagu anak-anak ciptaan A.T. Mahmud. Tujuan penelitian ini untuk mendiskripsikan penggunaan diksi dan gaya bahasa dalam lirik lagu anak-anak ciptaan A.T. Mahmud. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah penggunaan diksi dan gaya bahasa dalam lirik lagu anak-anak ciptaan A.T. Mahmud. Data dalam penelitian ini adalah penggunaan diksi dan gaya bahasa pada lagu anak-anak ciptaan A.T. Mahmud. Sumber dalam penelitian ini adalah sumber data tertulis yang berupa teks lagu anak-anak ciptaan A.T. Mahmud.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik simak dan catat. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis isi. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemakaian kata kongkrit, kata khusus, kata umum dan kata yang bermakna denotatif terlihat lebih mendominasi dari pemakaian kata abstrak, kata konotatif, kata lugas dan kata kiasan. Namun dalam penelitian ini diksi kongkrit lebih dominan. Dalam lagu anak-anak ciptaan A.T. Mahmud memakai gaya bahasa personifikasi, repetisi dan hiperbola. Namun dalam penelitian ini gaya bahasa repetisi lebih dominan. Dengan gaya bahasa yang indah, anak-anak diperkenalkan akan nilai estetika pada sebuah lagu.
Adapun penelitian yang dilakukan oleh Khoirul Huda (JIPTUMMPP / 2004) berjudul Nilai-nilai dalam tembang dolanan anak Jawa. Penelitian ini dilandasi oleh ketertarikan peneliti terhadap tembang dolanan anak Jawa yang saat ini mulai dilupakan.
Sumber data penelitian ini berupa teks tembang dolanan anak Jawa yang bertuliskan dengan aksara Jawa. Tembang dolanan anak Jawa dalam buku ini ada 30 tembang. Untuk itu peneliti akan membatasinya atau hanya memilih 15 tembang, untuk mendapatkan hasil yang baik. Dalam hal ini peneliti tidak memilih yang sekiranya berhubungan dengan penelitian ini. Peneliti hanya membatasi dari tembang 1-15 yang akan dianalisis sesuai dengan kebutuhan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai yang terkandung dalam tembang dolanan anak tersebut. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi tentang nilai-nilai dalam teks tembang dolanan anak Jawa. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah untuk memperoleh deskripsi obyektif tentang (1) nilai religius dalam tembang dolanan anak Jawa (2) nilai sosial dalam tembang dolanan anak Jawa.
Metode yang sesuai untuk menentukan dan memahami nilai-nilai dalam teks tembang dolanan Jawa adalah metode penelitian diskriptif kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata atau tulisan. Hasil penelitian yang diperoleh dalam hal ini menunjukkan bahwa (1) tembang-tembang dolanan anak Jawa ternyata sarat dengan pesan moral. Dari tembang dolanan anak Jawa dapat dilihat wujud kebaktian kepada Tuhan. Tembang di atas semuanya merupakan nasehat bagi semua masyarakat. Nasehat itu menganjurkan untuk selalu berbuat baik dan tidak sombong karena yang pantas untuk sombong adalah Tuhan. dalam tembang tersebut juga menganjurkan untuk melakukan amal ibadah shalat lima waktu dan berdzikir, untuk menghapus dosa-dosa kecil kerana manusia tidak luput dari perbuatan dosa. Manusia dianjurkan berbuat demikian karena manusia yang hidup di dunia semua akan mati untuk itu berbahagialah seseorang yang masih punya banyak kesempatan untuk melakukan ibadah kepada Tuhan, (2) dalam tembang dolanan anak Jawa juga sarat akan nilai-nilai sosial.

Telaah dalam makalah ini tentu sangat berbeda dengan kedua peneltian di atas karena makalah ini mengkaji analisis kalimat pada lagu-lagu anak. Analisisnya berupa analisis unsur konstituen, struktur kalimat, dan tipe kalimat.
2. Kajian Teori
a. Lagu Anak
Lagu atau nyanyian (KBBI , 1995 : 552) merupakan sesuatu yang universal, bahkan menjadi ‘kebutuhan’ sehari-hari di semua kalangan. Baik anak-anak, remaja, dewasa, maupun orang tua membutuhkan lagu sebagai sarana hiburan. Sejak dalam kandungan anak sudah diperdengarkan lagu-lagu yang diharapkan mampu meningkatkan kecerdasan mereka. Usia prasekolah menjadi masa-masa bagi mereka untuk lebih banyak menyanyi.
Lagu-lagu anak selalu diperdengarkan dan diajarkan di masa PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini/ prasekolah). Lagu-lagu seperti ‘ Bangun Tidur’, ‘Balonku’, Cicak-cicak di Dinding’, dan masih banyak lagu-lagu anak lainnya menjadi bagian dari pembelajaran di sekolah mereka. Namun demikian, saat ini lagu-lagu tersebut sudah tidak digemari bahkan kurang popular di mata anak-anak. Mereka lebih mengenali ‘Bangun Tidur’-nya Mbah Surip daripada lagu ‘Bangun tidur kuterus mandi/ tidak lupa menggosok gigi/ dan seterusnya’.
Seperti yang sudah dikemukakan pada bagian awal makalah ini, lagu anak saat ini memang sangat jarang. Bahkan anak-anak lebih asik menyanyikan lagu-lagu pop remaja. Lagu “Ketahuan Pacaran Lagi”, misalnya, seolah menjadi lagu wajib nasional di semua kalangan termasuk anak-anak balita. Padahal, mereka belum mengerti makna kata “pacaran”. Hal ini sungguh merupakan hal yang memprihatinkan mengingat masa-masa mereka adalah “masa emas” yang sangat mungkin akan mempengaruhi kehidupan mereka di masa mendatang.
Beberapa penelitian mengenai pengaruh musik bagi kehidupan telah sering dilakukan, seperti ketika hamil ibu-ibu dianjurkan mengenalkan musik klasik pada janinnya untuk merangsang dan meningkatkan kecerdasan calon bayinya. Selain itu musik juga berpengaruh pada IQ danEQ. Perkembangan Intelegent Quotien (IQ) dan Emotional Quotien (EQ) berkembang dengan luar biasa, sekitar 80% lebih besar dibanding dengan anak yang jarang mendengarkan musik. Tentu saja, musik yang dimaksud di sini musik yang punya irama teratur dan nada-nada yang teratur pula (baca: klasik). Bukan nada-nada “miring”. Tingkat kedisiplinan anak yang sering mendengarkan musik juga lebih baik dibanding dengan anak yang jarang mendengarkan musik.
Penelitian lainnya, di luar negeri sebagian rumah sakit menggunakan lagu-lagu indah buat penyembuhan para pasiennya. Hal tersebut membuktikan, “ritme” sangat mempengaruhi jiwa manusia. Sedangkan “harmony”, sangat mempengaruhi roh. “Musik yang baik bagi kehidupan manusia adalah musik yang seimbang antara beat, ritme, dan harmony”, ujar Ev. Andreas Christanday.’ (www. gokilstory.blogspot.com).

b. Kalimat
Kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final (Chaer, 1994:240). Putrayasa (2008 : 20) berpendapat bahwa kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir naik atau turun.
Adapun Kridalaksana (1993, 92) mendefinisikan kalimat sebagai satuan bahasa yang secara relative berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara actual maupun potensial terdiri dari klausa. Dengan demikian, berdasarkan beberapa definisi di atas dalam kalimat dikenal istilah frase, klausa, dan konstituen.
Frasa atau frase menurut Gorys Keraf (1999: 175) adalah kesatuan yang terdiri atas dua kata atau lebih yang masing-masingnya mempertahankan makna dasar katanya, sementara gabungan itu menghasilkan suatu relasi tertentu, dan tiap kata pembentuknya tidak bisa berfungsi sebagai subjek dan predikat dalam konstruksi itu. Adapun menurut Kridalaksana (1993 : 59) frase adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif; gabungan itu dapat rapat, dapat renggang; misalnya gunung tinggi adalah frase karena merupakan konstruksi nonpredikatif; konstruksi ini berbeda dengan gunung itu tinggi yang bukan frase karena bersifat predikatif. Namun dalam makalah ini menggunakan istilah frase yang dikemukakan oleh Putrayasa. Frase adalah kelompok kata yang menduduki suatu fungsi dalam kalimat (Putrayasa, 2008 : 3).
Klausa adalah satuan gramatika berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subyek dan predikat dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat ( Kridalaksana, 1993 : 2010). Dalam kajian sintaksis, klausa merupakan unsure dasar pembentuk kalimat. Akan tetapi, ada kalimat-kalimat yang tidak terbentuk dari klausa. Kalimat ini disebut kalimat minor ( Putrayasa, 2008 : 12). Contoh : Selamat siang!, Pergi!, Ayo!, dan sebagainya.

1) Konstituen
Konstituen adalah satuan-satuan yang membentuk suatu konstruksi (Alwi, et al, 1998). Dengan kata lain, konstituen adalah kelompok kata (frase) merupakan susunan kata-kata yang berfungsi dalam struktur kalimat (Burton-Robert, 1997).
Analisis structural menetapkan pola hubungan konstituen yang memperlihatkan secara lengkap hierarki konstituen –konstituen kalimat itu. Salah satu cara untuk menyatakan struktur konstituen kalimat adalah dengan menggunakan diagram. Contoh kalimat : ‘Banyak orang kurang menyadari pentingnya kebersihan’ dapat diurakan struktur serta hierarki konstituennya sebagai berikut






Pada bagan tersebut tampak bahwa kalimat: ‘ Banyak orang kurang menyadari pentingnya kebersihan’ mempunyai tiga konstituen berupa frase: Banyak orang, kurang menyadari ,pentingnya kebersihan. Tiap konstituen terdiri atas dua konstituen kecil, yaitu banyak dan orang untuk banyak orang, kurang dan menyadari untuk kurang menyadari, serta pentingnya dan kebersihan untuk pentingnya kebersihan.
Frase Banyak orang, kurang menyadari, pentingnya kebersihan pada bagan tersebut merupakan konstituen langsung kalimat Banyak orang kurang menyadari pentingnya kebersihan karena merupakan konstituen yang setingkat lebih kecil daripada kostruksi kalimat tersebut. Kata Banyak, orang, kurang, menyadari ,pentingnya, kebersihan merupakan konstituen kalimat Banyak orang kurang menyadari pentingnya kebersihan, tetapi bukan konstituen langsung karena terdapat satuan atau konstituen antara, yaitu frase Banyak orang, kurang menyadari, dan pentingnya kebersihan.
2) Struktur Kalimat Dasar
Struktur mengacu pada organisasi pelbagai unsur bahasa yang masing-masing merupakan pola bermakna (Kridalaksana, 1993 : 203). Kalimat dasar adalah kalimat yang mengandung (1) satu klausa; (2) unsur-unsurnya lengkap; (3) susunan unsur-unsurnya menurut urutan yang paling umum, dan (4) tidak mengandung pertanyaan atau pengingkaran (Putrayasa, 2008 :25).
Dalam bahasa Indonesia terdapat lima struktur atau pola kalimat dasar, yaitu : (1) KB +KB ( Kata Benda + Kata Benda);
(2) KB +KK ( Kata Benda + Kata Kerja) ;
(3) KB + KS ( Kata Benda + Kata Sifat);
(4) KB +KB ( Kata Benda + Kata Bilangan); dan
(5) KB + K Dep ( Kata Benda + Kata Depan).
Keraf (1999 : 190) menyebut pola (1), (2), dan (3) sebagai pola utama, sedangkan pola kelima disebut juga pola tambahan atau kalimat adverbial. Pada pola di atas , kata benda pertama menunjukkan subjek, sedangkan kata benda kedua, kata kerja, kata sifat, kata bilangan, dan kata depan sebagai predikat kalimat.
Sebuah kalimat luas selalu dapat dipulangkan kepada pola-pola dasar yang dianggap menjadi dasar pembentukan kalimat luas itu. Namun demikian, struktur kalimat atau pola–pola dasar kalimat ini tidak mempersoalkan masalah inti kalimat, tetapi kelas kata mana yang membentuk kalimat inti itu. Kelas kata pada hakikatnya menurut Keraf (1999 : 190) dibagi empat, yaitu kata benda, kata kerja, kata sifat, dan kata tugas. Menurutnya (1999, 98) kata bilangan termasuk dalam subkelas Adjektiva.
3) Tipe Kalimat
Tipe kalimat yang dimaksud dalam makalah ini adalah jenis kalimat berdasarkan klausanya, yakni kalimat tunggal dan kalimat majemuk (Djajasudarma, 1993). Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas ( Kridalaksana, 1993 : 95) atau kalimat yang hanya mengandung sebuah pola kalimat (Keraf, 1999 : 194). Jadi, unsur inti kalimat tunggal ialah subjek dan predikat (Rusyana dan Samsuri, 1976). Dalam kalimat tunggal tentu saja terdapat semua unsur wajib yang diperlukan. Di samping itu, tidak mustahil ada pula unsur manasuka seperti keterangan tempat, waktu dan alat. Dengan demikian, kalimat tunggal tidak selalu dalam wujud yang pendek (kalimat inti) melainkan juga dalam wujud yang panjang ( kalimat luas)).



Berdasarkan predikatnya didapatkan tipe kalimat sebagai berikut.
(1) Kalimat Intransitif
Kalimat yang predikatnya kata kerja intransitive atau tidak menghendaki objek (Keraf, 1999 : 191). Lebih lanjut Putrayasa ( 2008 : 27) mengemukakan bahwa kalimat intransitif adalah kalimat yang tidak berobjek dan tidak berpelengkap hanya memiliki dua unsure fungsi wajib, yaitu subjek dan predikat. Contoh : ‘Anjar sedang berbelanja’; ‘ Rara belum datang’; ‘Sadat biasa berjalan kaki’, dan sebagainya.
(2) Kalimat Ekatransitif
Kalimat ekatransitif adalah kalimat yang berobjek dan tidak berpelengkap dan mempunyai tiga unsur wajib, yakni subjek, predikat, dan objek (Putrayasa, 2008 : 29). Contoh : ‘Pemerintah akan memasok semua kebutuhan lebaran’; ‘Presiden merestui pembentukan pansus Bank Century’ : ‘Dia memberangkatkan kereta api terlalu cepat’
(3) Kalimat Dwitransitif
Kalimat dwitransitif adalah kalimat yang berobjek sekaligus berpelengkap sehingga memiliki empat unsur, yakni subjek, predikat, objek, dan pelengkap. Contoh : “ Harjo sedang mencarikan adiknya pekerjaan” . Pada kalimat ini, ada dua nomina yang terletak di belakang verba predikat. Kedua nomina itu masing-masing berfungsi sebagai objek dan pelengkap. Objek dalam kalimat aktif berdiri langsung di belakang verba tanpa preposisi, dan dapat dijadikan subjek dalam kalimat pasif. Sebaliknya pelengkap dalam kalimat ditransitif itu berdiri langsung di belakang objek jika objek itu ada. Kata adiknya adalah objek dan pekerjaan adalah pelengkap.
(4) Kalimat Pasif
Pengertian aktif dan pasif dalam kalimat menyangkut beberapa hal, yaitu (a) macam verba yang menjadi predikat, (b) subjek dan objek, (c) bentuk verba yang dipakai (Putrayasa, 2002). Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai pelaku/actor, sedangkan kalimat pasif adakah kalimat yang objeknya berperan sebagai penderita (Cook dalam Putrayasa, 2008 : 33). Contoh : ‘Mas Gandha mencium pipi anak itu’ ( Kalimat aktif) ; ‘Pipi anak itu dicium oleh Mas Gandha’ (kalimat pasif).
(5) Kalimat Berpredikat Adjektival
Dalam bahasa Indonesia dikenal pula predikat berupa adjectival atau frase adjektiva. Contoh : Perbuatannya itu tidak benar; Sugik sakit; Alasannya tidak masuk akal, dan sebagainya.
(6) Kalimat Berpredikat Nominal
Dalam bahasa Indonesia dikenal predikat berupa nomina, pronominal, atau frase nominal. Kalimat ini disebut kalimat ekuatif. Pada kalimat ekuatif , frase nominal yang pertama itu subjek, sedangkan yang kedua predikat. Akan tetapi, jika frase nominal yang pertama dibubuhi partikel –lah, frase nominal yang pertama itu menjadi predikat, sedangkan frase nominal kedua menjadi subjek ( Alwi, et. al; Putrayasa, 2002). Contoh : ‘Ahmad guru say’a (Ahmad = S; guru saya =P); akan tetapi pada kalimat ‘Ahmadlah guru saya ( Ahmadlah =P; guru saya = S).
(7) Kalimat Berpredikat Numeral
Contoh kalimat dengan predikat frase numeral : Cucunya banyak, Tabungannya hanya sedikit; Anaknya dua; dan sebagainya.
(8) Kalimat Berpredikat Frase Preposisional
Contoh kalimat berpredikat frase preposisional; ‘ Adik di rumah; Abik ke pasar; Ayahnya dari Mekkah.

Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih (Verhaar, 1996 : 275). Adapun Kridalaksana (1993 : 94) mendefinisikan kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas beberapa klausa bebas. Contoh : ‘Zahra ingin bersekolah di Jerman, tetapi belum mendapat jawaban dari pihak sponsor’. Kalimat ini terdiri atas dua klausa yakni : Zahra ingin bersekolah di Jerman dan Zahra belum mendapat jawaban dari pihak sponsor (permohonannya).
Ada beberapa jenis kalimat majemuk, yakni : (a) majemuk setara; (b) majemuk rapatan; (c) majemuk bertingkat; dan (d) majemuk campuran.
(a) Majemuk setara , adalah kalimat yang terdiri dari klausa-klausa bebas (Kridalaksana, 1993 : 94). Contoh : Matahari terbit di ufuk timur, margasatwa mulai mencari mangsanya, dan petani-petani berangkat ke ladang. Kalimat ini terdiri atas tiga klausa yang ditandai dengan koma.
(b) Majemuk rapatan, adalah kalimat yang terdijadi dari penggabungan beberapa kalimat tunggal yang unsur-unsurnya sama dirapatkan atau dituliskan sekali saja. Contoh : Hotel itu dirobohkan, dibangun, dan
S P1 P2
direnovasi kembali selama bertahun tahun.
P3 K
(c) Majemuk bertingkat, adalah kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih yang tidak sederajat. Salah satu pola menduduki fungsi utama kalimat, yang lazimnya disebut sebagai induk kalimat, sedangkan pola yang lain yang lebih rendah kedudukannya disebut anak kalimat (Keraf, 1999 : 200). Contoh : Saat masyarakat kelas bawah meresahkan mahalnya sembako, pemerintah malah membagi-bagikan mobil super mewah ke pada para pejabatnya. Saat masyarakat kelas bawah meresahkan mahalnya sembako = Anak kalimat; pemerintah malah membagi-bagikan mobil super mewah ke pada para pejabatnya = Induk kalimat.
(d) Majemuk campuran, adalah gabungan antara beberapa pola kalimat majemuk. Contoh : Saat masyarakat kelas bawah meresahkan mahalnya sembako, pemerintah malah membagi-bagikan mobil super mewah ke pada para pejabatnya dan sibuk menghitung kenaikan gajinya. Kalimat tersebut merupakan gabungan KMS dan KMB.

c. Kerangka Pikir
Kerangka pikir dalam pengerjaan makalah ini adalah sebagai berikut.








C. Metode Kajian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, karena temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya ( Strauss, Anselm dan Juliet Corbin, 2009 : 4). Kajian teori untuk menganalisis data menggunakan teori analisis kalimat yang dikemukakan oleh Putrayasa dalam bukunya Analisis Kalimat. Tahap pertama menanskripsikan lima lagu-lagu anak tersebut; tahap kedua menguraikan setiap lagu berdasarkan kalimat-kalimat; tahap ketiga menganalisis tiap kalimat tersebut sesuai konstituen, struktur, dan tipe kalimat; dan tahap akhir membuat kesimpulan.

D. Pembahasan
1. Analisis Unsur Konstituen dalam Lagu-lagu Anak
a. Lagu Aku Seorang Kapiten
Syair lagu Aku Seorang Kapiten adalah sebagai berikut.
Aku seorang Kapiten /mempunyai pedang panjang / Kalau berjalan prok-prok prok/ Aku seorang Kapiten. Jika diuraikan kalimat ini terdiri atas dua kalimat, yakni : Aku seorang Kapiten mempunyai pedang panjang// dan Kalau berjalan prok-prok prok, aku seorang Kapiten.
Analisis konstituennya adalah sebagai berikut.
1) Aku seorang Kapiten mempunyai pedang panjang




Pada bagan tersebut tampak bahwa kalimat : Aku seorang Kapiten mempunyai pedang panjang memiliki dua konstituen berupa frase : Aku seorang Kapiten dan mempunyai pedang panjang. Tiap-tiap konstituen memiliki dua konstituen yang lebih kecil, yaitu Aku dan seorang Kapiten untuk Aku seorang Kapiten, serta mempunyai dan pedang panjang untuk mempunyai pedang panjang. Konstituen seorang kepiten memiliki dua konstituen bawahan, yakni seorang dan kapiten. Adapun konstituen pedang panjang juga memiliki dua konstituen bawahan, yakni pedang dan panjang.
2) Kalau berjalan prok-prok-prok, aku seorang kapiten






b. Lagu Balonku
Syair lagu Balonku adalah sebagai berikut. Balonku ada lima/ Rupa-rupa warnanya/ Hijau, kuning, kelabu merah muda dan biru/ Meletus balon hijau DOR!/ Hatiku sangat kacau/ Balonku tinggal empat / Kupegang erat-erat.

1)




2)





3)






4)






c. Lagu Bangun Tidur
Syair lagu Bangun Tidur adalah sebagai berikut.
/Bangun tidur kuterus mandi/ Tidak lupa menggosok gigi/ Habis mandi kutolong ibu/ Membersihkan tempat tidurku/.
Jika diuraikan , syair tersebut terbagi atas dua kalimat, yakni : ‘Bangun tidur keterus mandi, tidak lupa menggosok gigi’; dan ‘Habis mandi kutolong ibu, membersihkan tempat tidurku’.
Adapun analisis konstituennya adalah sebagai berikut.

1) Bangun tidur kuterus mandi, tidak lupa menggosok gigi







`2)







d. Lagu Bintang Kecil
Syair lagu Bintang Kecil adalah sebagai berikut.
/Bintang kecil/ di langit yang tinggi/ Amat banyak, menghias angkasa/
Aku ingin,/ terbang dan menari / jauh tinggi ke tempat kau berada//.
Syair lagu di atas bila diuraikan akan menjadi 2 kalimat, yakni : ‘ Bintang kecil di langit yang tinggi, amat banyak menghias angkasa; dan Aku ingin terbang dan menari ke tempat kau berada.
Analisis konstituennya adalah sebagai berikut.

1)









2) Aku ingin terbang dan menari, jauh tinggi ke tempat kau berada.









e. Si Kancil Nakal
Syair lagu Si Kancil Nakal adalah sebagai berikut. “Si Kancil amat nakal /Suka mencuri timun / Ayo lekas dikejar/ Jangan diberi ampun/”
Jika diurakan, lagu tersebut akan menjadi dua kalimat, yakni : Si Kancil anak nakal, suka mencuri timun; dan Ayo lekas dikejar/ Jangan diberi ampun.
Adapun analisis konstituennya adalah sebagai berikut.
1) Si Kancil amat nakal, suka mencuri timun





2)





2. Analisis Struktur Kalimat dalam Lagu Anak
a. Lagu Aku Seorang Kapiten
Struktur kalimat dalam lagu Aku Seorang Kapiten adalah sebagai berikut.
1) Aku seorang Kapiten mempunyai pedang panjang. Kalimat ini terdiri atas dua kalimat dasar, yakni Aku seorang Kapiten dan Aku mempunyai pedang panjang. Jika dipolakan (1) KB + KB (Kata Benda + Kata Benda); dan KB + KK + KB
2) Kalau berjalan prok-prok-prok, aku seorang Kapiten. Pola kalimat ini adalah Ket. Cara + KB + KB; adapun kalimat dasarnya tetaplah Aku Seorang Kapiten ; KB +KB (Kata Benda + Kata Benda)

b. Lagu Balonku
Struktur kalimat dasar lagu Balonku adalah sebagai berikut.
1) Balonku ada lima ; pola kalimat ini adalah KB + K Bil ( Kata Benda + Kata Bilangan).
2) Rupa-rupa warnanya, hijau, kuning, kelabu, merah muda dan biru. Pola dasar kalimat ini dapat dimungkinkan berupa “Balonku rupa-rupa warnanya” ; sehingga pola/ strukturnya : KB + K Bil
3) Meletus Balon Hijau, Hatiku sangat kacau. Kalaimat ini terdairi atas dua pola dasar yakni Balon hijau meletus ( kalimat aslinya berupa kalimat inverse) dan Hatiku sangat kacau; sehingga polanya (1) KB + KK ( Kata Benda + Kata Kerja) dan (2) KB + K S ( Kata Benda + Kata Sifat).
4) Balonku tinggal empat, kupegang erat-erat. Kalimat ini terdiri atas dua pola kalimat dasar, yakni Balonku tinggal empat dan Ku pegang erat-erat; polanya adalah (1) KB + K Bil , dan (2) KB + KK + KS

c. Lagu Bangun Tidur
Struktur kalimat dasar dalam lagu Bangun Tidur adalah sebagai berikut.
1) Bangun tidur kuterus mandi, tidak lupa menggosok gigi. Kalimat dasar ini adalah “Aku bangun; Aku mandi, dan Aku menggosok gigi. Adapun struktur/ pola kalimatnya adalah: (1) KB + KK; (2) KB + KK; dan (3) KB + KK +KB.
2) Habis mandi kutolong ibu, membersihkan tempat tidurku. Kalimat dasarnya : Ku tolong ibu dan Aku membersihkan tempat tidurku. Jadi pola/struktur kalimatnya adalah (1) KB + KK + KB; (2) KB + KK + KB.

d. Lagu Bintang Kecil
Struktur kalimat dasar lagu Bintang Kecil adalah sebagai berikut.

1) Bintang kecil di langit yang tinggi, amat banyak menghias angkasa. Kalimat ini terdiri atas dua kalimat dasar, yakni: Bintang kecil di langit ; dan Bintang kecil menghias angkasa. Pola/struktur kalimat ini adalah (1) KB + K Dep ( Kata Benda + Kata Depan); (2) KB + KK + KB.
2) Aku ingin terbang dan menari, jauh tinggi ke tempat kau berada. Kalimat dasarnya adalah : “Aku ingin terbang”; “Aku ingin menari”; dan “ Kau berada”. Pola/ struktur kalimatnya adalah : (1) KB + KK; (2) KB + KK; dan (3) KB + KK.

e. Lagu Si Kancil
Struktur kalimat dasar lagu Si Kancil adalah sebagai berikut.
1) Si Kancil amat nakal, suka mencuri timun. Kalimat dasarnya adalah : “ Si kancil amat nakal ; dan “ Si kancil suka mencuri timun. Pola/struktur kalimatnya adalah : (1) KB + KS , dan (2) KB + KK + KB.
2) Ayo lekas dikejar, jangan diberi ampun. Pola kalimat dasarnya adalah Si kancil dikejar; dan Si kancil jangan diberi ampun. Adapun strukturnya adalah : (1) KB + KK, dan (2) KB + n KK + KS ( Kata Benda + negasi Kata Kerja + Kata sifat

3. Tipe Kalimat dalam Lagu Anak
a. Lagu Aku seorang Kapiten
Tipe kalimat dalam lagu Aku Seorang Kapiten adalah sebagai berikut.
1) Aku seorang Kapiten mempunyai pedang panjang. Kalimat ini tergolong Kalimat Majemuk perluasan Subyek. Adapun berdasarkan tipe predikatnya kalimat ini tergolong kalimat transitif.
2) Kalau berjalan prok-prok-prok, aku seorang Kapiten. Kalimat ini tergolong Kalimat Majemuk perluasan Keterangan (cara) atau disebut juga kalimat majemuk bertingtkat klausa pertama; ‘kalau berjalan prok-prok-prok’ sebagai anak kalimat; sedangkan klausa kedua: ‘aku seorang Kapiten sebagai induk kalimat. Adapun berdasarkan tipe predikatnya kalimat ini tergolong kalimat berpredikat Nominal.

b. Lagu Balonku
Tipe kalimat dalam lagu Balonku adalah sebagai berikut.
1) Balonku ada lima. Kalimat ini tergolong Kalimat Tunggal. Adapun berdasarkan tipe predikatnya kalimat ini tergolong kalimat numeral.
2) Rupa-rupa warnanya, hijau, kuning, kelabu, merah muda, dan biru. Kalimat ini tergolong Kalimat Majemuk perluasan Keterangan. Adapun berdasarkan tipe predikatnya kalimat ini tergolong kalimat berpredikat Numeral.
3) Meletus balon hijau , hatiku sangat kacau. Kalimat ini tergolong Kalimat Majemuk perluasan keterangan sebab-akibat. Adapun tipe predikatnya tergolong kalimat berpredikat Adjektival.
4) Balonku tinggal empat, kupegang erat-erat. Kalimat ini tergolong Kalimat Majemuk perluasan keterangan sebab-akibat. Adapun tipe predikatnya tergolong kalimat berpredikat intransitive.

c. Lagu Bangun Tidur
Tipe kalimat dalam lagu Bangun Tidur adalah sebagai berikut.
1) Bangun tidur kuterus mandi tidak lupa menggosok gigi. Kalimat ini tergolong Kalimat Majemuk Setara. Adapun berdasarkan tipe predikatnya kalimat ini tergolong kalimat intransitive dan transitif. Pada klausa pertama : Aku bangun/ aku mandi adalah berpredikat intransitive; sedangkan Aku menggosok gigi adalah berpredikat transitif.
2) Habis mandi kutolong ibu, membersihkan tempat tidurku. Kalimat ini tergolong Kalimat Majemuk Setara. Adapun berdasarkan tipe predikatnya kalimat ini tergolong kalimat transitif.



d. Lagu Bintang kecil
Tipe kalimat dalam lagu Bintang Kecil adalah sebagai berikut.
1) Bintang kecil di langit yang biru amat banyak menghias angkasa. Kalimat ini tergolong Kalimat Majemuk Bertingkat. Adapun berdasarkan tipe predikatnya kalimat ini tergolong kalimat transitive karena kalimat intinya adalah “ Bintang kecil menghias angkasa”.
2) Aku ingin terbang dan menari, jauh tinggi ke tempat kau berada. Kalimat ini tergolong Kalimat Majemuk Campura. Adapun berdasarkan tipe predikatnya kalimat ini tergolong kalimat intransitif.

e. Lagu Si Kancil
Tipe kalimat dalam lagu Si Kancil adalah sebagai berikut.
1) Si Kancil amat nakal suka mencuri timun. Kalimat ini tergolong Kalimat Tunggal. Adapun berdasarkan tipe predikatnya kalimat ini tergolong kalimat transitif.
2) Ayo lekas dikejar jangan diberi ampun. Kalimat ini tergolong Kalimat Majemuk Setara. Adapun berdasarkan tipe predikatnya kalimat ini tergolong kalimat pasif.

E. Penutup
1. Kesimpulan
Lagu-lagu anak yang saat ini keberadaannya sedang dilanda krisis. Karena ditujukan untuk anak-anak, lagu-lagu anak syairnya sederhana dan tidak banyak agar mereka mudah menghafalnya. Lagu-lagu anak dapat dianalisis berdasarkan unsur-unsur kalimatnya. Berdasarkan analisis unsur konstituenya, lagu-lagu anak rata-rata dapat diuraikan menjadi konstituen-konstituen bawahan dari tiga konstituen sampai dengan lima konstituen bawahan.
Berdasarkan struktur kalimatnya, lagu-lagu anak memiliki struktur beragam. Ada struktur dasar KB + KB ; KB + KK; KB + K Bil; KB + KS; dan KB + K Dep. Kesemua struktur kalimat dasar tersebut ada pada lagu-lagu anak.
Adapun berdasarkan tipe kalimatnya, lagu-lagu anak memiliki dua tipe yakni kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Bentuk kalimat majemuknya pun beragam , mulai dari kalimat majemuk dengan perluasan subyek, keterangan, majemuk setara, bertingkat, maupun campuran. Berdasarkan jenis predikatnya lagu-lagu anak pun memiliki predikat beragam. Ada predikat nominal, numeral, adjectival, transitif, intransitive, maupun pasif.
2. Saran
Keberadaan lagu-lagu anak yang kian terpuruk memang cukup menarik untuk dikaji maupun ditelaah. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk ‘sedikit’ menghidupkan kembali lagu-lagu anak. Tentunya telaah semacam ini bermanfaat tidak hanya dari segi teoritis, namun juga dari segi praktik. Untuk itu diharapkan telaah-telaah serupa akan lebih ‘marak’ dan kajiannya lebih mendalam lagi.





DAFTAR PUSTAKA

Alwi, H. et.al. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Burton, Robert. 1997. Analizyng Sentences. New York : Longman.
Chaer. Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdikbud. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Gatiningsih. _________. Diksi dan Gaya Bahasa dalam lirik Lagu-lagu Anak Karya AT Mahmud. Skripsi : ums.ac.id.
Huda, Khoirul. 2004. Nilai-nilai dalam Tembang Dolanan Anak Jawa. Thesis: JIPTUMMP.
Keraf, G. 1999. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta : Grasindo.
Kridalaksana, H. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Putrayasa, I.B. 2008. Analisis Kalimat. Bandung : Refika Aditama.
Rusyana dan Samsuri. 1976. Pedoman Penulisan Tata Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Strauss, Anselm dan Juliet Corbin. 2009. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Verhaar, J.W.M. 1996. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta : GM University Press.
// id. Wikibooks.org/ Lirik Lagu-lagu anak Indonesia//
// www. gokilstrory.blogspot.com//








ANALISIS KALIMAT DALAM LAGU-LAGU ANAK

( Tugas Individu Mata Kuliah Lingistik Umum
Dosen Pengampu Prof. Kisyani Laksono)















Oleh
Faiqotur Rosidah (09745005)






PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Maret, 2010