Jumat, 11 Maret 2011

code mixing

CODE SWITCHING DAN CODE MIXING

A. Code Switching
“Code Switching atau alih kode adalah a linguistics term denoting the concurrent use of more than one language, or language variety, in conversation. Multilinguals, people who speak more than one language, sometimes use elements of multiple languages in conversing with each other. Thus, code-switching is the syntactically and phonologically appropriate use of more than one linguistic variety (wikipedia.com). Alih kode adalah istilah linguistik yang digunakan dalam dua bahasa atau lebih atau variasi bahasa dalam percakapan. Orang-orang multilingual seringkali menggunakan beberapa bahasa dalam percakapannya dengan orang lain. Oleh karena itu alih kode secara sintaksis dan fonologi sesuai dengan penggunaan bahasa yang beragam atau bervariasi.
Appel (1974:79) mendefinisikan alih kode itu sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi. Contoh peralihan penggunaan bahasa dari bahasa Sunda ke bahasa Indonesia yang dilakukan oleh dua pembicara bahasa Sunda karena berubahnya situasi yakni datangnya Sitogar dari Tapanuli. Hymes (1974:103) menyatakan alih kode itu bukan hanya terjadi antar bahasa, tetapi juga dapat terjadi antara ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam satu bahasa. Lengkapnya Hymes mengemukakan, ”Code switching has become a common term for alternate us of two or more languages, varieties of language, or even speech style”.
Kridalaksana (1993:9) mendefinisikan alih kode sebagai penggunaan variasi bahasa lain untuk menyesuaikan diri dengan peran atau situasi lain, atau karena adanya partisipan lain. Nababan (1989:31) menyatakan bahwa konsep alih kode ini mencakup juga kejadian pada waktu kita beralih dari satu ragam bahasa yang satu, misalnya ragam formal ke ragam lain, misalnya ragam akrab; atau dari dialek satu ke dialek yang lain; atau dari tingkat tutur tinggi, misalnya kromo inggil (bahasa jawa) ke tutur yang lebih rendah, misalnya, bahasa ngoko, dan sebagainya.
Dari beberapa pengertian alih kode di atas, kami menyimpulkan bahwa alih kode merupakan peralihan penggunaan bahasa yang bisa terjadi pada penutur monolingual, bilingual, dan multilingual. Pada umumnya, alih kode tersebut disebabkan oleh hal-hal berikut:
1. Pribadi pembicara; ini berkaitan dengan peran pembicara dalam satu komunikasi, misalnya seorang anak yang berbahasa Jawa dalam sebuah keluarga.
2. Hubungan pembicara dengan mitra pembicara; misalnya pembicara berkomunikasi dengan anggota keluarga dan masing-masing anggota keluarga tersebut memiliki cara berkomunikasi yang berbeda sesuai dengan perannya dalam keluarga.
3. Topik atau subtopik; misalnya di kantor yang semula membahas topik tentang pekerjaan beralih ke topik individu.
4. Perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga yang berlatar belakang bahasa berbeda. Misalnya dalam situasi nonformal yang melibatkan dua pembicara berbahasa sama, kemudian muncul orang ketiga yang berbeda bahasa dengan dua pembicara sebelumnya.
5. Perubahan dari formal ke informal atau sebaliknya; misalnya dalam situasi di kantor, antara bos dan karyawannya membicarakan topik yang bersifat formal beralih ke topik nonformal.
Berikut contoh dalam dialog sehari-hari.
Percakapan di bawah ini terjadi antara si A dan si B di kelas sambil menunggu dosen datang.
A : Kapan tugasnya dikumpulin?
B : Katanya seminggu lagi. Kamu udah selesai ta?
A : Mboh ki, kelompokku padha mbeler kabeh, kelompokmu piye?
B : Alah padha ae, aku pusing jadinya.
Pada contoh percakapan di atas ada alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa, dan sebaliknya. Hal ini terjadi karena adanya hubungan personal antara si A dan si B yang memiliki latar belakang bahasa yang sama. Kedua bahasa tersebut digunakan dalam konteks kehidupan sehari-hari mereka.
B. Code Mixing
Campur kode tidak bisa terlepas dari alih kode. Kedua istilah ini sering digunakan dalam satu peristiwa bahasa. Thelander dalam Chaer (2004:103) menjelaskan perbedaan antara alih kode dan campur kode. Bila di dalam suatu peristiwa tutur terjadi peralihan dari satu klausa suatu bahasa ke klausa bahasa yang lain, maka peristiwa yang terjadi adalah alih kode. Tetapi apabila di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa maupun frase-frase yang digunakan terdiri dari klausa dan frase campuran, dan masing-masing klausa atau frase itu tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri, maka peristiwa yang terjadi adalah campur kode.
Fasold (1984) memberikan kriteria gramatika untuk membedakan campur kode dan alih kode. Campur kode terjadi apabila seseorang menggunakan satu kata atau frase dari satu bahasa. Sedangkan alih kode terjadi apabila seseorang menggunakan satu klausa dalam struktur gramatika satu bahasa dan klausa-klausa berikutnya disusun menurut struktur gramatika bahasa lain.
Nababan (1989:32) menegaskan bahwa suatu keadaan berbahasa menjadi lain bilamana orang mencampurkan dua (atau lebih) bahasa atau ragam bahasa dalam situasi berbahasa yang menuntut percampuran bahasa itu. Dalam keadaan demikian, hanya kesantaian penutur dan/atau kebiasaanya yang dituruti. Tindak bahasa yang demikian disebut campur kode. Dalam situasi berbahasa yang formal, jarang terdapat campur kode. Ciri yang menonjol dari campur kode ini adalah kesantaian atau situasi informal. Kalau terdapat campur kode dalam keadaan demikian, hal ini disebabkan tidak ada ungkapan yang tepat dalam bahasa yang dipakai itu, sehingga perlu memakai kata atau ungkapan dari bahasa lain (bahasa asing).
Berdasarkan uraian di atas perbedaan alih kode dan campur kode telah jelas teruraikan bahwa alih kode terjadi minimal dalam tataran klausa sedangkan dalam tataran fonem, morfem, kata, dan frasa percampuran bahasa tersebut dikategorikan campur kode. Salah satu judul yang dapat dikembangkan dalam sebuah penelitian mengenai alih kode dan campur kode ini adalah “ Alih kode dan campur kode dalam percakapan mahasiswa di kantin PPS UNESA”.

CODE SWITCHING DAN CODE MIXING

( Tugas Mata Kuliah Sosiolingistik
Dosen Pengampu Prof. Kisyani Laksono)











Oleh
Faiqotur Rosidah (09745005)









PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
April , 2010

DAFTAR PUSTAKA

Appel, Rene, dkk. 1976. Sosiolinguistiek. Utrech : Het Spectrum.
Chaer, Abdul. 2004. Sosiolinguistik : Perkenalan Awal. Jakarta : Rineka Cipta.
Fasold, Ralp. 1984. Sociolinguistics of Society. New York : Basil Blacwell.
Kridalaksana, Harimurti. 11993. Kamus Linguistik. Jakarta : Gramedia
Nababan, P.W.J. 1989. Sosiolinguistik. Jakarta : Gramedia.

Tidak ada komentar: