Rabu, 09 Desember 2009

TUgas Linguistik Prof. Kisyani Laksono

ANALISIS KALIMAT DALAM TATA BAHASA
TRANSFORMASI GENERATIF

I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Tata bahasa Transformasi Generatif atau biasa disebut Tata bahasa Generatif Trasformasi (TGT) adalah sebuah konsep kajian kebahasaan yang dipelopori oleh Noam Chomsky. Pada tahun 1957, Chomsky mengenalkan gagasan barunya melalui sebuah buku yang berjudul Syntactic Structure. Gagasan barunya yang tertuang dalam buku itulah yang kemudian oleh para linguist disebut degnan Tata bahasa Generatif Transformasi.
Dalam buku tersebut, Chomsky menjelaskan bahwa dia melakukan penolakan terhadap asumsi utama strukturalisme yang beranggapan bahwa kelayakan kajian kebahasaan ditentukan oleh diskripsi data kebahasaan secara induktif.
Data kebahasaan secara induktif di sini diartikan sebagai data-data kebahasaan yang sudah paten dan dianggap selesai. Menurut Chomsky (dalam Samsuri, 1988:99) kajian linguistik berkaitan dengan aktivitas mental yang berkaitan dengan probabilitas, bukan berhadapan dengan data kajian tertutup dan selesai, sehingga dapat dianalisis dan didiskripsikan secara pasti. Oleh karena itu, teori linguistik seharusnya dikembangkan dengan bertolak dari cara kerja secara deduktif yang dibangun oleh konstruk hipotetik tertentu.
Chomsky berkesimpulan bahwa tugas teori linguitik adalah menangkap perangkat kaidah yang terbatas, yang secara tuntas mampu menjelaskan ciri gramatikal dari sejumlah kalimat yang tak terbatas.Jadi dengan adanya TGT ini, kita bisa mengetahui seperangkat kaidah kalimat secara jelas. TGT dalam perjalanannya mengalami penyempurnaan-penyempurnaan dan penambahan ataupun koreksi dari Chomsy sendiri maupun dari murid-muridnya.

1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Apa prinsip-prinsip dasar Tata bahasa Transformasi Generatif menurut Chomsky?
b. Siapakah tokoh Transformasi Generatif di Indonesia?
c. Bagaimana terapan secara umum Tata bahasa Transformasi generatif?
d. Bagaimana analisis kalimat menurut Tata bahasa Transformasi Genaratif?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Makalah ini bertujuan menguraikan hal-hal berikut.
a. Prinsip-prinsip dasar Tata bahasa Transformasi Generatif menurut Chomsky.
b. Tokoh Transformasi Generatif di Indonesia.
c. Terapan secara umum Tata bahasa Transformasi generatif.
d. Analisis kalimat menurut Tata bahasa Transformasi Genaratif?

1.4 Manfaat Penulisan Makalah
Manfaat kajian makalah ini adalah untuk memperoleh gambaran secara spesifik mengenai tata bahasa transformasi generatif. Selain itu kajian ini juga bermanfaat untuk terapan dan kajian analisis kalimat dalam TGT.

II. Kajian Pustaka

2.1 Kajian Makalah/Artikel
Tulisan-tulisan mengenai Tata bahasa Transformasi Generatif banyak ditulis oleh mahasiswa maupun dosen. Salah satunya adalah tulisan Djoko Saryono, dosen FPBS UM, mengenai Gagasan Dasar Noam Chomsky tentang Tata bahasa Transformasi Generatif.
Menurutnya tata bahasa ini bertumpu pada paradigma Cartesian sehingga sangat natives-rasionalistis. Hal ini makin tampak jelas pada gagasan-gagasan dasarnya tentang kemampuan, kinerja, struktur lahir, struktur batin, dan transformasi. Gagasan-gagasan dasar ini di samping cetusan Chomsky sendiri juga diilhami oleh gagasan-gagasan yang sudah ada sebelumnya dan usulan-usulan pakar bahasa lainnya. Dalam sejarahnya hingga sekarang, gagasan-gagasan dasar TTG ini mengalami pergeseran-pergeseran eksistensial dan procedural karena temuan-temuan penelitian dan kritik-kritik yang dialamatkan pada TTG. Pergeseran ini tampak pada adanya berbagai versi TTG, yaitu versi Syntactic Structures, Aspect sampai dengan versi Penguasaan dan Ikatan. Hal ini menunjukan bahwa gagasan dasar TTG tidak revolusioner, tetapi evolusioner (Jurnal FPBS UM ).
Tulisan lain mengenai tata bahasa transformasi generatif ditulis oleh I Nyoman Suparsa dengan judul fonologi bahasa Rongga bahasa di daerah flores:sebuah kajian transformasi generatif. Beliau menganalisis ujud (realisasi fonologis) dari morfem-morfem bahasa Rongga,syarat-syarat struktur bahasa rongga dan proses serta kaidah fonologis bahasa Rongga. Penelitiannya mengunakan pendekatan fonolohi generatif,fonologi auto segmental dan fonetik.Hasil penelitiannya menunjukkan bahasa rongga memiliki enam segmen vokal dan duapuluh lima segmen konsonan.
Makalah ini berbeda dengan kedua penelitian diatas meskipun memiliki kesamaan didalam teori kajian yaitu kajian transformasi generatif. Makalah ini menganalisis kalimat dalam bahasa Indonesia menggunakan kajian transformasi generatif.

2.2 Kajian Teori
A.Linguistik generatif
Tata bahasa transformasi genaratif atau TGT merupakan teori linguistik yang menyatakan bahwa tujuan linguistic ialah menemukan apa yang semesta dan teratur dalam kemampuan manusia untuk memahami dan menghasilkan kalimat-kalimat yang gramatikal. Kalimat dianggap sebagai satuan dasar, dan hubungan antara unsur-unsur dalam struktur kalimat diuraikan atas abstraksi yang disebut kaidah struktur frase dan kaidah transformasi (Kridalaksana, 1993,69).
Linguistik generatif atau lebih dikenal linguistik transformasional dipelopori oleh Noam Chomsky.Chomsky berusaha memperlihatkan bahwa bahasa manusia tidak bisa diteliti semata-mata dalam lingkup stimulus dan respons yang tampak atau hanya berdasarkan volume data mentahyang dikumpulkan oleh peneliti lapangan. Linguis generatif tertarik tak hanya pada urusan mendeskripsikan bahasa (mencapai tingkat kecukupan deskriptif) tetapi juga berupaya ,mencapai tingkat kecukupan eksplanatoris dalam studi bahasa; inilah “basis utama,yang bersifat independent pada bahasa apa pun,untuk memilih tata bahasa yang memadai tata bahasa yang memadai secara deskiptif. (Chomsky dalam Brown,1997:11)
Buku Noam Choamsky berjudul syntactic structure terbit tahun 1957 kemudian disempurnakan dengan bukunya yang berjudul Aspect of the theory of syntax pada tahun 1965.Menurut Choamsky salah satu tujuan dari penelitian bahasa adalah untuk menyusun tata bahasa dari tata bahasa tersebut. Bahasa dapat dianggap sebagai kumpulan kalimat yang terdiri dari deretan bunyi yang mempunyai makna. Kalau begitu,tugas tata bahasa haruslah dapat menggambarkan hubungan bunyi dan arti dalam bentuk kaidah-kaidah yang tepat dan jelas. Setiap tata bahasa menurut Chomsky merupakan teori dari bahasa itu sendiri.ada pun tata bahasa haruslah memenuhi syarat sebagai berikut.
Pertama kalimat yang dihasilkan oleh tata bahasa tersebut harus dapat diterima oleh pemakai bahasa tersebut sebagai kalimat yang wajar dan tidak dibuat –buat. Kedua tata bahasa tersebut harus berbentuk sedemikian rupa sehingga satuan istilah yang digunakan tidak berdasarkan gejala bahasa tertentu saja,dan semuanya ini harus sejajar dengan linguistik tertentu (chaer,2003:364)
Dalam buku Aspect of the theory of syntax Chomsky menjelaskan perubahan dalam trasformasi generatif yaitu sebagai berikut.
1. Komponen semantis suatu deskriptif linguistik berbentuk seperangkat kaidah interpretatif yang beroperasi pada sintaksis kalimat-kalimat kaidah ini agak mirip dengan kaidah fonologis.
2. Ada pembedaan antara struktur lahir dan batin.struktur lahir jauh lebih menyerupai struktur yang oleh para srukturralis langsung diabstrakkan dari bentuk kalimat. Struktur batin merupakan abstraksi yang berbeda tetapi dengan diakuinya struktur tersebut maka tersedia sistem yang lebih kaya untuk menganalisis dan menjelaskan hubungan timbale balik antara sintaksis dan semantic dalam kalimat-kalimat bahasa yang alami.
3. Disribusi dari elemen-elemen sintaksis diubah secara bertahap yang memperkaya struktur frase atau struktur batin dengan mengorbankan kaidah trasformasi. Selanjutnya,trasformasi dikendalikan oleh struktur batin,dan kemudian dikemukakan bahwa trasformasi itu sendiri tidak mempunyai pengaruh terhadap makna kalimat. Kategori seperti negasi,pasif,pertanyaan,dan perintah seta hubungan subordinat dan koornidat secara formal diperkenalkan sebagai bagian dari kaidah trasformasi. Kaidah-kaidah ini kemudian dimasukkan kedalam komponen dasar yang mengatur struktur batin dan leksikon bersama-sama dengan subkategorisasi nomina dan verba menjadi subkelas seperti nomina takterbilang dan nomina terbilang,verba transitif dan verba intransifif.
B. Perkembangan trasformasi generatif
Sejak tahun 1957 Chomsky telah memprakarsai dan membuat suatu suatu revolusi dalam linguistik teoritik berkenan dengan cara meneliti bahasa dan berkenaan dengan tujuan yang harus dicapai dengan linguistik itu sendiri.dalam periode itu Chomsky tidak sendirian.Inovasi teoritis lain telah diajukan. Beberapa diantaranya langsung berakar dari cara Chomsky merumuskan teorinya,dan yang lainnya merupakan hasil usaha yang mengembangkan cara-cara yang berbeda untuk memahami dan menganalisis bahasa. Perkembangan yang paling penting dalam teori linguistic dan dalam praktik linguistic terkait tidak bias dikatakan ada kesamaan yang positif dari teori-teori ini,karena kesemuanya mempunyai konsep-konsep dasar dan kerangka analisis yang sangat berbeda . Namun secara negatif ,semua teori itu sepaham bahwa linguistik stukturalis kurang mendalam dan,memberikan sumbangan pada bidang linguistik dan pada pemahaman kita pada bidang bahasa melalui pembatasan terhadap apa yang dapat diterima sebagai data linguistis dengan prosedur yang secara ilmiah dapat ditempuh,linguistic strukturalis sengaja mengabaikan banyak hal yang telah dan harus menjadi minat linguis yang dengan serius mengkaji bahasa.
Menjelang dasawarsa tujuhpuluhan beberapa murid dan pengikut Chomsky,antara lain Postal,Lakof,Mc Cawly, dan Kiparsky sebagai reaksi terhadap Chomsky memisahkan diri dari kelompok Chomsky,dan membentuk aliran sendiri. Kelompok Lakof ini terkenal dengan sebutan kaum semantik generatif. Mereka memisahkan diri karena ketidakpuasa terhadap teori Chomsky,yang menyatakan bahwa semantik mempunyai ekssistensi yang lain dari sintaksis dan bahwa struktur batin tidak sama dengan struktur semantis. Menurut teori generatif semantik struktrur semantik dan struktur sintaksis bersifat homogen,dan untuk menghubungkan kedua struktur itu cukup hanya dengan kaidah transformasi saja. Tidak perlu dengan batuan kaidah lain yakni kaidah sintaksis dasar,kaidah proyeksi, dan kaidah fonologi,seperti yang diajarkan Chomsky. Sudah seharusnya semantic dan sintaksis diselidiki bersama sekaligus karena keduanya adalah satu. Struktur semantic itu serupa dengan struktur logika berupa ikatan tidak berkala antara predikat dengan seperangkat argumen dalam suatu proposisi.

2.3 Kerangka Pikir
Makalah ini menggunakan kerangka piker sebagai berikut





Prinsip dasar
Tokoh Indnsia
Terapan umun

Analisis Kalimat




III. Metode Kajian
Makalah ini mengunakan metode deskriptif kualitatif dengan mengunakan kajian tata bahasa trasformasi generatif. Mula-mula kalimat ditranskripsikan kemudian dianalisis berdasarkan teori tata bahasa transformasi generatif terutama analisis komponen dasar,komponen transformasional,dan semantik generatif.






IV. Pembahasan
4.1 Prinsip-prinsip Dasar Tatabahasa Transformasi Gegeratif.
TGT bertolak dari hakekat pengetahuan linguistik yang dimiliki oleh penutur asli bahasa. TGT menetapkan pengetahuan linguistik dengan bantuan aturan-aturan "generatif" dan "transformasional" yang sekaligus merupakan petunjuk untuk menyusun dan menginterpretasi kalimat-kalimat-yang terbentuk secara gramatikal dan balk. Tata bahasa menetapkan suatu tuturan gramatikal jika dapat terbangun hubungan yang tepat antara tuturan tersebut dan beberapa kombinasi simbol-simbol yang dihasilkan oleh aturan'tata bahasa. Dalam membangun aturan-aturan, penganut TGT berpegang pada 'cara deduksi dan intuisi penutur asli (Kaseng, 1989:114).
Pada tahap awal, gramatika dalam aliran ini, dijelaskan dengan kaidah-kaidah. Kaidah-kaidah mendahului elemen dan struktur, karena kaidah mendahului elemen dan struktur. Kaidah pertama dimulai dengan membagi atau menjabarkan K(alimat) menjadi F(rase) V(erbal). Setiap elemen berikutnya bias dijabarkan dengan kaidah-kaidah lain. K merupakan satu-satunya elemen yang tampil sebagai masukan bagi suatu kaidah tanpa pernah menjadi keluaran bagi kaidah sebelumnya.
Perangkat kaidah yang pertama adalah kaidah S(truktur)F(rase). Dalam struktur frase, satuan sintaksis terbesar , yaitu K(alimat),melalui penerapan kaidah-kaidah, diperluas menjadi untaian (struktur) satuan-satuan yang lebih kecil, dan berakhir dengan suatu kombinasi antara unsure leksikal dan elemen gramatikal. Teori ini menyerupai analisis konstituen terdekat.
Definisi tata bahasa menurut TG dapat dijelaskan bahwa tata bahasa merupakan sebuah sistem kaidah yang menurunkan (menghasilkan) kalimat-kalimat gramatikal suatu bahasa, dan ide yang menyatakan bahwa bahasa adalah sebuah aktivitas yang kreatif (a creative oreativity), mengantarkan kepada asumsi kedua. Asumsi kedua ini menyatakan bahwa selama bahasa adalah sebuah aktivitas yang kreatif, dalam tahap belajar manapun guru akan mengarahkan siswanya untuk kreatif menghasilkan ujaran-ujaran (kalimat) baru, daripada sekedar mengulang-ulang atau mengingat-ingat apa yang telah diperolehnya dalam belajar. Meskipun Chomsky mengidentifikasikan kaidah-kaidah TG dengan kompetensi penutur asli, kita tidak harus menyimpulkan bahwa kaidah-kaidah ini secara sadar digunakan oleh penutur asli dalam menghasilkan ujaran (kalimat). Demikian juga, suatu kaidah tatabahasa tidak berimplikasi dalam pengajaran kaidah-kaidah bahasa. Akan tetapi sesungguhnya kaidah-kaidah itu adalah suatu deskripsi dari idealisasi pengetahuan penutur asli yang tersimpan dalam kesadaran dan kemudian dapat menolongnya menciptakan (menghasilkan) ujaran baru secara kreatif.
Informasi di atas menghantarkan kepada asumsi ketiga, yang menyatakan bahwa dalam berbagai tahap belajar bahasa kemampuan siswa untuk menciptakan ujaran-ujaran baru akan bertambah dengan pengetahuannya tentang kaidah-kaidah yang menggambarkan ujaran.
Seperti halnya konsep langue dan parole dari de Saussure, Chomsky membedakan adanya kemampuan (competence) dan perbuatan berbahasa/ performa (performance) . Kompetensi merujuk pada pengetahuan dasar seseorang tentang sistem, kejadian, atau fakta atau dapat dikatakan bahwa kompetensi merupakan pengetahuan mendasar mengenai system bahasa--kaidah-kaidah tata bahasanya, kosakatanya, seluruh pernak-pernik bahasa dan bagaimana menggunakannya secara padu (Brown, 2007:39). Adapun performa adalah manifestasi yang konkret dan bias diamati sebagai realisasi dari kompetensi. Performa merupakan produksi actual (berbicara, menulis) atau pemahaman (menyimak, membaca) terhadap peristiwa-peristiwa linguistik. Chomsky mencontohkan kompetensi dengan pembicara-pendengar “ideal” yang tidak memperlihatkan hambatan variabel-variabel performa seperti keterbatasan memori, kekacauan, pergeseran, perhatian dan minat, kesalahan, dan fenomena keraguan seperti pengulangan, ketersendatan, jeda, penghilangan, dan penambahan. Inti gahasan Chomsky mengenai hal ini adalah bahwa sebuah teori bahasa merupakan teori kompetensi tidak per;lu memilah-milah sedemikian banyak variable performa yang tidak mencerminkan kemampuan linguistik dasar pembicara-pendengar.
Dengan demokian dapat dikatakan bahwa dalam tata bahasa generatif ini yang menjadi objeknya adalah kemampuan atau kompetensi, meskipun performa juga penting; dan bagi seorang peneliti bahasa focus penelitiannya adalah system kaidah yang dipakai si pembicara untuk membuat kalimat yang diucapkannya. Jadi, tata bahasa harus mampu menggambarkan kemampuan si pemakai bahasa untuk mengerti kalimat yang tidak terbatas jumlahnya.
TGT juga membuat pembedaan antara tataran struktur batin dan struktur lahir. Struktur lahir jauh lebih menyerupai struktur yang oleh para strukturalis langsung diabstraksikan dari bentuk kalimat. Struktur batin merupakan abstraksi yang lebih berbeda. Dengan diakuinya struktur batin ini akan tersedia sistem yang jauh lebih kaya untuk menganalisis dan menjelaskan hubungan timbal balik antara sintaksis dan semantic dalam kalimat-kalimat bahasa alami.
Dengan kata lain dapat dijelaskan sebagai berikut. Ada dua tataran atau stuktur dalam TGT yakni tataran batin atau lapis batin (deep structure) dan struktur lahir (surface structure). Lapis batin merupakan tempat terjadinya proses berbahasa yang sebenarnya secara mentalistik sedangkan lapis permukaan adalah wujud lahiriah yang ditransformasi dari lapis batin. Hubungan keduanya dapat digambarkan sebagai berikut.

Model Transformasional Perangkat Bahasa

Sintaksis
Kaidah SF
Kaidah Transformasi
Dasar

Stuktur batin Struktur lahir

Komponen semantic Komponen fonologis

Penafsiran semantic Penafsiran fonetis

Struktur dalam terdiri atas komponen dasar (base component) yang selanjutnya terbagi pula atas struktur frase dan aturan penyisipan leksikal (lexical insertion atau sub-categoriza¬tion). Ditambah lagi, komponen dasar ini memiliki leksikon dan kom¬ponen semantik yang menentukan arti bagi aturan-aturan struktur frase clan penyisipan leksikal. Struktur permukaan_terdiri atas kom¬ponen fonologik yang menentukan untaian pengucapan. Kedua tingkat ini dihubungkan oleh kaidah tranformasi. Mengenai hal ini akan dibahas lebih lanjut pada analisis kalimat.

4.2 Tokoh transformasi generatif di Indonesia
Konsep-konsep linguistik modern seperti yang dikembangkan oleh Chomsky yakni teori transformasi generatif gemanya di Indonesia pada akhir tahun Lima puluhan. Pendidikan formal linguistic fakultas sastra dan pendidikan guru sampai akhir tahun 50an masih terpaku pada konsep-konsep tata bahasa tradisional yang sangat bersifat normatif. Perkenalan konsep-konsep linguistic modern terjadi sejak kepulangan sejumlah linguis Indonesia dari Amerika yaitu Anton M. Moelyono dan T.W. Kamil. Gorys keraf, Harrimukti Kridalaksana Merekalah yang pertama-tama memperkanalkan konsep-konsep fonem,morfem dan klausa. Sebelumnya konsep-konep tersebut belum dikenal sebagai satuan lingual. Yang dikenal hanyalah satuan lingual.
Konsep linguistik modern sukar diterima oleh para guru bahasa dan pakar bahasa karena konsep tata bahasa tradisional sudah mendarah daging. Perkembangan waktu jualah yang kemudian menyebabkan konsep linguistic dapat diterima dan konsep linguistic tradisional agak tersisih. Awal tahun 70an dengan terbitnya buku tata bahasa Indonesia karangan Gorys Keraf, perubahan sikap terhadap linguistic modern mulai banyak terjadi.
Datangnya Prof. Verhaar, guru besar linguistic dari Belanda, yang kemudian disusul dengan adanya kerja sama kebahasan Indonesia-Belanda, menjadikan studi linguistic terhadap bahasa-bahasa daerah dan bahasa nasional Indonesia semakin marak. Sejalan dengan hal tersebut pada tanggal 15 november tahun 1975 atas prakarsa linguis senior maka berdirilah organisasi Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI). MLI mengadakan musyawarah nasional 3 tahun sekali.mulai tahun 1983 menerbitkan jurnal yang diberi nama Linguistik Indonesia. Jurnal ini dimaksudkan sebagai wadah bagi para anggota MLI untuk melaporkan atau mempublikasikan hasil penelitianya.




4.3 Terapan Umum Tata Bahasa Trasformasi Generatif
Dalam teori TG, seorang anak memperoleh kompetensinya dalam tahap awal dalam bahasa ibunya. Dalam setiap tahapan anak membentuk hipotesis tertentu tentang kode dan mengetesnya dengan ujaran yang didengarnya, sampai pada akhirnya anak mempelajari keseluruhan kode. Menurut pandangan ini ujaran anak yang menyimpang dari ujaran dewasa bukanlah suatu kesalahan (errors) melainkan suatu manifestasi dari sejenis kode yang telah dia kontrol dalam tahap yang bersangkutan. Apabila kita mengasumsikan bahwa belajar bahasa kedua sama dengan belajar bahasa pertama, kita dapat mengajukan asumsi yang lain untuk pengajaran bahasa yang berhubungan dengan ide kalimat inti (kernels) dan transformasi. Kita mengetahui bahwa ”Kernels” adalah struktur yang lebih kompleks.
Kernels atau kalimat inti adalah kalimat deklaratif yang tidak bermakna ganda dan terdapat dalam struktur dalam (deep structure); sedangkan kalimat transformasi adalah semua tipe kalimat yang diturunkan dari kalimat inti dengan bantuan /hasil kerja kaidah transformasi. Contoh kalimat ‘The boys watced the game’ dapat ditransformasikan menjadi kalimat pasif ‘The game was watched by the boys’. Adapun analisis struktur frase (perumusan awal TGT) adalah sebagai berikut.
• Analisis Kernels atau Komponen Dasar

K
FN FV
Art Nj
V FN
V pang lamp art N
The boy s wacth ed the game
Keterangan :
K : Kalimat; FN : Frase Nomina ; FV : Frase Verba ; Art : Artikel; Nj : Nomina jamak; Vpang : Verba pangkal; Lamp : lampau (Penanda lampau)



• Analisis Komponen Transformasional
K
FN FV
V FP

P FN
The game was watched by the boys


Salah satu versi terakhir dari gramatika generatif Chomsky dikenal sebagai teori penguasaan (government) dan pengikatan (binding). Istilah penguasaan merupakan perluasan dari pemakaian tradisional kata tersebut dalam gramatika. Kata-kata yang menguasai menentukan kasus bagi nomina, frase nomina, pronominal, yang mempunyai hubungan sistaksis khusus dengan kata-kata tersebut. Sedangkan pengikatan atau binding menyangkut hubungan antara anaphora dan pronominal dengan antesedennya. Anafora mengacu pada hal atau fungsi yang menunjuk kembali kepada sesuatu yang telah disebutka sebelumnya dalam kalimat atau wacana ( yang disebut anteseden) (Kridalaksana,1993: 14).

4.4 Analisis Kalimat dalam TGT
Bagian ini menguraikan analisis kalimat menggunakan kaidah komponen dasar, kaidah transformasional dan semantic genaratif.
A. Komponen dasar
Kaidah komponen dasar menurunkan kalimat-kalimat inti. Terdapat dua tipe kaidah dalam hal ini, yakni kaidah struktur frase dan kaidah penyisipan leksikal (Kaseng, 1989: 120). Kaidah struktur frase (SF) memiliki tipe seperti analisis bawahan langsung dalam tata bahasa struktural. Contoh kalimat “Ibu membaca buku” dapat dianalisis sebagai berikut.

K

FN FV
N 1
V FN (N2) Ibu membaca buku

B. Komponen transformasional
Kaidah transformasional bekerja dalam kalimat inti yang diturunkan dari komponen dasar. Dalam versi standar TGT, kaidah transformasional mempertahankan arti. Artinya, kaidah pengubahan kalimat inti ke struktur permukaan tanpa mengubah arti.
Terdapat tiga jenis proses transformasional yaitu penambahan, penghilangan, dan transposisi (addition, deletion, transposition). Contoh pengubahan adalah mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif. Kalimat “ Ibu membaca buku.” bisa diubah menjadi “Buku dibaca (oleh) ibu.” Analisisnya sama dengan komponen dasar yang dibalik.
K

FN FV
N 2
V FN (N1) Buku dibaca (oleh) ibu

Kalimat “ Buku dibaca oleh ibu” ataupun “Buku dibaca ibu” dikenal oleh penutur asli sebagai dua kalimat yang sama. Dalam kaidah transformasi dapat dikatakan kalimat kedua melepas (menghilangkan) kata oleh .

C. Semantik generatif
Semantik generatif seperti yang diurakan dalam subbab 2 makalaha ini, merupakan pengembangan dari murid-murid dan pengikut Chomsky. Kelompok Lakoff dikenal dengan sebutan kaum semantik generatif . Struktur semantic itu serupa dengan struktur logika, berupa ikatan tidak berkala antara predikat dengan seperangkat argument dalam proposisi. Struktur logika itu dapat digambarkan sebagai berikut.
Proposisi

Predikat Argumen1… Argumen n
Contoh kalimat “Ibu membaca buku” mempunyai struktur

Prop


Pred Arg1 Arg2

membaca Ibu buku

Atau dapat dirumuskan sebagai : Membaca (ibu, buku); Pred (Arg1,Arg2). Jadi proposisi kalimat itu berargumen 2.

V. Penutup
5.1 Simpulan
Aliran transformasi muncul menentang aliran strukturalis yang menyatakan bahwa bahasa merupakan kebiasaan. TGT mempunyai pandangan bahwa bahasa bersifat mentalistik dan kognitif.
Adapun ciri-ciri aliran transformasi adalah sebagai berikut.
1. Berdasarkan faham mentalistik.
Aliran ini meganngap bahasa bukan hanya proses rangsang-tanggap akan tetapi merupakan proses kejiwaan. Aliran ini sagat erat dengan psikolinguistik.
2. Bahasa merupakan innate
Bahasa merupakan faktor innate(keturunan/warisan)
3. Bahasa terdiri dari lapis dalam dan lapis permukaan.
Teori ini memisah bahasa menjadi dua lapis yaitu deep structure dan surface structure. Lapis batin merupakan tempat terjadinya proses berbahasa yang sebenarnya secara mentalistik sedangkan lapis permukaan adalah wujud lahiriah yang ditransformasi dari lapis batin.
4. Bahasa terdiri dari unsur competent dan performance
Linguistic competent atau kemampuan linguistik merupakan pengetahuan seseorang tentang bahasanya termasuk kaidah-kaidah di dalamnya. Linguistic performance atau performansi linguistik adalah keterampilan seseorang menggunakan bahasa.
5. Analisis bahasa bertolak dari kalimat.
6. Membedakan kalimat inti dan kalimat transformasi.
Kalimat inti merupakan kaliamt yang belum dikenai transformasi sedangkan kalimat transformasi merupakan kalimat yang sudah dikenai kaidah transformasi yang ciri-cirinya yaitu lengkap, simpel, statemen, dan aktif. Lam pertumbuhan selanjutnya ciri itu ditambah runtut dan positif.
7. Analisis diwujudkan dalam diagram pohon dan rumus.
Analisis dalam teori ini dimulai dari struktur kalimat lalu turun ke frase menjadi frase benda (FN) dan frase kerja (FV) kemudian dari frase turun ke kata.
8. Gramatikal bersifat generatif.
Bertolak dari teori yang dinamakan tata bahasa generatif tansformasi (TGT).

4.2. Saran
Setiap aliran linguistik tentunya memiliki keunggulan-keunggulan sekaligus kelemahan-kelemahan. Demikian halnya aliran transformasi, tentu memiliki kelebihan dan kelemahan. Untuk itu, sebagai guru bahasa sebaiknya kita memanfaatkan berbagai teori yang tentunya disesuaikan dengan keadaan siswa. Dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihan masing-masing teori, guru dapat merancang pembelajarannya sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Sejalan dengan hal tersebut J.B. Carol (1971), mengajukan sintesa kedua teori belajar tersebut yang diberi nama teori pembentukan kebiasaan kognitif (cognitive code learning). Menurut teori Carol ini belajar bahasa adalah rangkaian antara latihan-latihan menguasai pola-pola dan sekaligus menciptakan kondisi belajar yang kondusif agar pola-pola itu terinternalisasikan dalam kesadaran siswa. Tahap berikutnya siswa didorong untuk mampu menghasilkan kalimat baru. Internalisasi dan pembentukan kalimat baru saja, tidak cukup. Tahap berikutnya menurut Carol, siswa harus diterjunkan dalam situasi komunikasi riil seperti yang terjadi pada penutur asli.

DAFTAR PUSTAKA
Brown, Douglas. 2007. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Jakarta:Pearson Ed.
Chaer. Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Kaseng, Sjahruddin. 1989. Linguistik Terapan : Pengantar Menuju Pengajaran Bahasa yang Sukses. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.
Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta : Gramedia.
Samsuri,...
Saryono, Djoko. ... Gagasan Dasar Noam Chomsky tentang TTG. Malang : Jurnal FBS.


ANALISIS KALIMAT DALAM TATA BAHASA TRANSFORMASI GENERATIF

( Tugas Mata Kuliah Lingistik Umum
Dosen Pengampu Prof. Kisyani Laksono)




Oleh
Faiqotur Rosidah (09745005)




PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
November, 2009

Tidak ada komentar: